part 1
"Penjelajahan Singkat"
Sena, anak laki-laki berusia 7 tahun merupakan siswa kelas 1 SD yang bernama lengkap Sena Assegaf, ia sering bermain dengan teman sebayanya yang juga kelas 1 SD yaitu Arshat, Keina, dan Hangga. Suatu hari mereka dimintai tolong oleh Reksa kelas 1 B untuk mencari kucingnya. Dimana-mana mereka tidak menemukannya. “Hei, aku sudah lelah mencari, pulang saja yuk” kata Hangga. “Tidak bisa! Kalian ini detektif, harusnya bisa memenuhi permintaan apapun!?”Reksa menjawab. “Sudahlah tak usah ribut” kata Sena menenangkan.
Tak lama kemudian mereka melihat kucing yang dicari di ruang garansi seseorang. “ Ah! Itu kucingnya”,”Kau benar Keina, itu kucingnya” sahut Sena. Akan tetapi, “HaH???!!!!!” sahut mereka bersamaan. “I.itu... da..darah??!!” sentak Arshat kaget. Kucing itu menuju ke mereka. Sena melihat di tubuh kucing itu, alangkah terkejutnya ia melihat kucing itu tanpa luka. Tanpa pikir lama ia langsung berlari ke rumah itu. Karena tak bisa mencapai jendela garansi ia menggunakan tong dan melihat dari jendela namun yang terlihat hanyalah jejak kaki kucing itu. Sena dan ketiga temannya menyelidiki rumah itu, sedangkan Reksa pulang dengan kucingnya.
Di halaman tengah rumah itu yang begitu luas, ada darah berceceran “Kya apa ini?!”Jerit Keina. Mereka pun diam-diam masuk ke rumah itu. “Hei, kita berpencar saja” saran Atrui, “Baiklah” jawab ketiga temannya, “Oke, Arshat kau dengan Hangga, Keina denganku”, mereka pun berpencar. Sena dan Keina pun mencari di ruang tengah, “Sena, rumah ini gelap sekali”, “Ya kau benar Keina, sangat mencurigakan”.
“GUBRAAK”, ada suara yang mengagetkan mereka, “Apa itu!?” serentak mereka berkata dan mereka pun berlari ke arah suara itu. Saat mereka sampai di tempat itu…”MMFFF” Keina menahan kagetnya karena mulutnya ditutup oleh Sena agar tidak diketahui oleh pemilik rumah itu. “Keina, jangan berteriak kita bisa mati!” Artrui menegaskan pada Keina. “Ta..tapi itu Da..darah…” Kata Keina sambil ketakutan.
“Sial, rasanya kita harus keluar dari rumah ini, kita hubungi Hangga dan Arshat!” mereka bersama dengan 2 temannya akhirnya keluar dari rumah itu. Meskipun di hati Artrui masih ada rasa penasaran, namun karena khawatir akan keselamatan teman-temannya ia mengurungkan niatnya. “Hallo?” “Paman Doni tolong ke sini, Sena butuh bantuan”. Keesokan harinya mereka bersama beberapa polisi, namun anehnya saat mereka sampai disana tempat itu kosong.
Mereka pun mengelilingi rumah itu “Heh anak kecil apa benar disini ada darah?” Tanya inspektur “Benar lihat pak di bawah kursi itu ada setitik darah yang kasat mata” Jelas Sena. Saat mereka melihat darah itu mereka jadi yakin. “Tapi aneh ya, kenapa ada selotip di bawah meja, ya” Kata Sena dengan muka yang polos.
“Iya, kenapa ya?” Tanya Keina.Artrui pun berpikir dalam benaknya.
“Hmm selotip ini agak aneh, kenapa agak mirip dengan panah, kalau diluruskan menuju ke bawah sofa” lalu akhirnya Artrui mengarah kesana dan dibawahnya ada lekukan seperti pintu kunci suatu berangkas, lalu dia membukanya ternyata ada benda semacam kalkulator dengan huruf abjad ”Paman lihat ini” mereka semua lalu berpikir apa kodenya “Kunci Sihir” jawab Hangga “Bagaimana kau tahu?” “Tadi ada huruf jawa yang tulisnya itu” Akhirnya mereka berhasil membuka pintu itu.
“Sena apa yang harus kita lakukan?”,tanya Arshat, “Dasar anak kecil!, kalian pulang saja biar polisi yang melanjutkan ini, akan ada petugas yang mengantar kalian!”,Bentak Paman Doni, “Be,benar, lebih baik kita pulang karena jika ini tempat persembunyian penjahat akan sangat berbahaya apabila kita tetap disini” sahut Sena, “Ta,tapi Sena…”,”Keina.., bukannya tadi kau sangat ketakutan apalagi kalau masuk ke ruangan itu” jawab Sena menyelidiki besok pagi karena hari sudah gelap”. Sena, Hangga, Arshat, dan Keina akhirnya pulang.
Di rumah, Sena sedang makan malam dengan Ayah dan Ibunya. “Ayah, aku ingin pergi ke rumah hantu itu, ya?”, Sena memulai pembicaraan,”Apa!?, tidak boleh terlalu berbahaya!, Ibu tidak mengizinkan!”,”Tapi bu..”,”Ibu bilang tidak boleh!, tetap di rumah!”, “Karura jangan terlalu keras, kamu boleh pergi Sena, tapi jangan terlalu malam perginya”, Ayah Sena membolehkan, “Liwa! Ini sudah malam, kamu’kan ayahnya kenapa mengizinkannya melakukan hal yang berbahaya!?”, “A, aku bisa jaga diri bu, jangan khawatir”sahut Sena. “Dasar! Kenapa kamu meniru sikap ayahmu waktu kecil suka melakukan hal yang berbahaya!,ya sudah, tapi ajak Aska jadi jika terjadi sesuatu, salah satu dari kalian bisa menghubungi ibu!”.
“I,iya Bu, bagaimana Aska?”jawab Sena senang,”Ya, aku akan menemani kakak”. Lalu akhirnya mereka bardua segera berangkat, sesampainya disana, ternyata ada Hangga, Keina, Soni dan Argana. “Lho?, apa Arshat tidak ikut?”tanya Sena,”Tidak, soalnya dia pergi ke rumah neneknya untuk pernikahan pamannya”jawab Keina,”Oh…, ya sudah ayo kita berangkat!”. Mereka lalu menyelinap pelan-pelan dan masuk ke pintu itu, Sena membawa perlengkapan yang sangat lengkap untuk berjaga-jaga jika itu persembunyian penjahat dan membagikan beberapa perlengkapan pada teman-temannya, “Oke, agar lebih cepat, kita berpencar, aku dengan Argana dan Aska, Hangga bersama Keina dan Soni, ya” tegas Sena sesudah membagikan perlengkapan, “Okeeee!”, kata teman-temannya bersamaan. Mereka pun mulai bergerak, Tim Sena menemukan sesuatu, “Kakak apa ini?”,tanya Aska, “I,ini bekas peluru senapan yang sudah dipakai!, jangan sentuh kita bungkus dengan sapu tangan basah agar asap mesiunya tidak menyebar karena masih ada bekasnya!”jelas Sena, “Eh?, I,itu berarti…”,”Ya! Kau benar Argana, peluru ini masih baru dan yang mempunyai peluru ini masih di sekitar sini!”.
Di sisi lain Tim Hangga sedang menyelusuri lorong,”Apa-apaan ini?Kok ngak ada apa-apa, ya?” kata Hangga, “Kau benar Hangga tapi, apa tidak terlalu aneh?”, sahut Soni, “Aneh apanya?”, tanya Keina, “Ini sekitar jam 08:00 malam, bukankah pada sekitar jam itu orang-orang masih melakukan aktivitas yang mencolok, walaupun bisa jadi tinggal seorang diri namun tidak ada tanda-tanda kehidupan disini, anehkan?”, jawab Soni, “Kamar mandi!” sahut Keina ,”Eh, kau ingin ke kamar mandi?”tanya Hangga,”Bukan, kata Sena, kalau rumah itu dihuni atau tidaknya biasanya dilihat dari kondisi kamar mandi”jawab Keina menjelaskan,”Benar juga, ayo kita cari kamar mandinya sambil lihat-lihat rumah ini”sahut Soni. Mereka pun mencari kamar mandi di rumah itu.
Saat itu Grup Sena juga masih melakukan ekspedisi, “Huh, kita belum menemukan apapun lagi”keluh Aska,”Hei, Sena dari tadi kau diam terus” sentak Argana,”Soalnya, bukankah kita menemui teman-teman yang lain, aku rasa tidak aman kalau pencar-pencar lagi”,”Ya, kakak benar”. Akhirnya mereka menca ri teman mereka yang lain. Di grup Hangga mereka menyelidiki kamar mandi, “Gimana nih, ngak ada apa-apa?”,”Benar Soni, kamar mandi ini dipakai bersih sekali”, sahut Keina. Lalu beberapa saat kemudian Sena, Aska, dan Argana menemui mereka dan membicarakan rencana selanjutnya, mereka lalu sepakat bahwa Sena, Aska, Argana, dan Soni yang masuk ke ruangan misterius itu dan Hangga dan Keina yang menunggu di luar dan melakukan penyelidikan diluar,”Sena, kau yakin dengan rencana ini?”, tanya Keina,”Ya, karena diluar ruangan tidak dapat banyak petunjuk maka sebaiknya kita selidiki ruangan itu, tadi ayah bilang polisi tidak bisa masuk karena pintu masuknya kecil dan hanya bisa dilewati anak kecil, selain itu kita masuk berempat supaya bisa saling menghubungi, lagipula tempat ini sangat aneh!” jelas Sena.
“Aneh?” tanya Hangga kebingungan, “Ya, kamar mandinya bersih sekali namun, ada bekas peluru yang baru dipakai yang berciri 7,62 mili dan itu adalah pisol beretta, salah satu jenis tokalev, buatan Rusia yang diselundupkan lewat Cina.”jelas Sena.”Jangan_jangan orang yang pernah tinggal disini adalah polisi lalu mati dan gentayangan…” sahut Hangga ketakutan.”Huh jangan asal ini bukan riwayat aneh begitu, mana ada hantu.” Gertak Aska. “Riwayat?, kalau tidak salah gedung ini mulai kosong sejak 4 tahun lalu, katanya karena perampokan semua orang yang tinggal disini tewas, dan tersangkanya tertangkap tapi, setelah dipenjara tersangka itu mengatakan hal aneh, apa yang dikataakannya ya?” pikir Artrui dalam hati. “ah! Begini saja, Argana dan Hangga tunggu disini, Soni dan Keina ke Perpustakaan kota cari artikel 4 tahun lalu tentang perampokan dan pembantaian di gedung ini setelah ketemu hubungi aku lewat lencana ini”. Sesuai perkataan Sena semuanya dilakukan, Sena dan Aska menyelidiki gedung itu berdua kakak-adik itu bersama-sama menyelusuri gedung.
Setelah satu jam mereka istirahat di salah satu kamar. “Huff, sepinya, rasanya seperti kota mati, apa datanya sudah ketemu ya?, kumohon cepatlah penyelidikan aneh ini harus segera berakhir!”keluh Aska. “Tidak, seorang detektif tidak bisa hanya berhenti ditengah jalan sebelum menyelesaikan kasusnya!, itulah Detektif Sejati!”tegas Sena, “I,iya, tenang, pintar, sabar, dan rendah hati ya, seperti Holmes saja.” Jawab Aska. “triliit triliiit” bunyi lencana Sena, “Ya, halo?”, sahut Sena. “Sena!, kamisudah dapat data tentang gedung itu!” suara Soni dari lencana itu. “Benarkah? Cepat ceritakan!” pinta Sena dengan gembira.”Baik, menurut laporan polisi yang menghuni rumah itu 4 tahun lalu adalah sepasang suami istri dengan 2 orang anak dan seorang supir yang bekerja disana, kepala keluarganya bernama Dani Andyaka. Mereka semua dibantai oleh perampok, dan kecurigaan mengarah pada supir tersebut.
Supir itu ditangkap namun, saat dipenjara diduga kejiwaannya terganggu karena setiap hari pada jam 10 malam ia mengatakan hal aneh.” Soni berhenti bicara sejenak. “Hal aneh apa?” tanya Sena penasaran. “bukaida pigira!, itulah yang membuat polisi bingung sejak kejadian itu ada beberapa pembunuhan didekat Jalan Bahuda no 4 itu, yang tidak lain alamat gedung tersebut. Dulu adik supir itu tinggal di sana namun sekarang pergi entah kemana, selain itu, adaa yang aneh saat dilakukan penyelidikan namun tidak dicantumkan disini katanya itu rahasia kepolisian.” Jelas Soni.
“Kalau tidak salah ada 5 kasus pembunuhan setelah kematian supir itu 2 tahun yang lalu, Siapa saja korbannya?” tanya Sena dengan penasaran. “Yang pertama, Tsukoda nikosi, 34, kedua, Aninda sintaka, 24, ketiga, Nandi Kalawardan,28, keempat, Sansi dakitu, 55, dan terakhir Adenki Nirwal, 40, yang terjadi beberapa bulan yang lalu” jawab Soni menjelaskan. “Terima kasih sekarang kalian panggil polisi kesini dan jemput Argana dan Hangga secepatnya!, mereka mungkin ada di Warung di depan gedung ini yang tutup jam 11.00 malam, yang tidak lain 1 jam lebih 10 menit dari sekarang!” kata Sena menegaskan, “Eh? Ke,kenapa?”tanya Soni kebingungan, “Cepat!!!, jangan banyak tanya!” bentak Sena kemudian mematikan lencananya. “Kenapa, kak?, kok panik” tanya Aska menyusul kakaknya yang berlari kencang. “Kau belum paham ya?, perhatikan waktu perampokan dan nama korban juga saat kita menyelinap ke sini tadi siang, pasti semua terhubung!” kata Sena dengan singkat. “Ja,jangan-jangan….”, mereka akhirnya sampai ke pintu rahasia yang mereka temukan tadi siang dan masuk ke dalamnya.
Mereka menemukan sebuah gudang kotor. “Percuma saja sembunyi!, sang pelaku! Kau ada di belakang tumpukan karung itu’kan?,.. kau adik supir yang ditangkap itu, ya kau adalah Mamunra sikintan!!!” Bentak Sena setelah menentu
kan hipotesanya. “Kau benar, tapi bagaimana kau tahu? Tanya pelaku itu.
kan hipotesanya. “Kau benar, tapi bagaimana kau tahu? Tanya pelaku itu.
“Huh, kau terlalu menuruti dendam hingga lupa bukti mencolok, yaitu waktu perampokan sama dengan waktu pembunuhan berantai dan saat supir itu berteriak!, ya tepat jam 10 malam meski jarak harinya berbeda-beda karena polisi bisa curiga, benar’kan?” jelas Sena panjang lebar. “Tapi, kenapa kau tahu aku pelakunya?, bkankah orang lain bisa melakukannya tak ada bukti yang nyata dan menunjuk padaku?, huh tapi justru anak umur 7 tahun yang mengungkapnya” kata pelaku yang mulai mendekati Sena. “Karena aku seorang kakak dan aku punya adik!” tegas Sena. “Eh?” sahut pelaku itu dengan kaget.
“Sebenci, sebenci apapun!, seorang adik akan selalu punya kebanggaan pada kakaknya! Begitu juga sebaliknya!, mereka akan selalu saling menyayangi!” kata Aska dengan tegas. “jadi, karena itu aku tahu kau pelakunya. Kau pindah ke Jakarta karena kau ingin bekerja dan setelah sukses kau akan mengajak kakakmu kesana dan juga keponakanmu yang disandera oleh majikan itu, karena itulah kakakmu sering bertengkar dengan majikannya, mungkin dia punya hutang dan tak bisa melunasinya hingga anaknya disandera, mungkin disini tempet penyandraannya karena ini ruang rahasia. Kau membunuh saudara dari majikan itu’kan?”jelas Sena kemudian. “Ya kakaku tewaskarena tertekan, aku tiap hari menjenguknya karena aku tahu dia tidak bersalah. Dia tidak bersalah! Sama sekali tak salah!, ia kena serangan jantung saat tahu anaknya hilang lalu ia tewas, aku tahu kalau anak itu disini beberapa tahun kemudian, namun dia tewas, karena itu aku membunuh semua saudara majikan itu!” kata pelaku itu mengakui perbuatannya sambil menangis.
“Tidak, majikan itu hanya boneka” sahut Sena. “Mustahil!” sangkal pelaku itu. “itu mustahil, bagaimana mungkin?!”teriak pelaku itu. “BUKADAI PIGIRA!” teriak Sena.”Apa?”, “tahu artinya?, jika dijabarkan maka akan jadi, BUKAN DANI TAPI GIRA, ya mungkin gira adalh orang yang menculik keponakanmu dan mengancam Dani, majikannya untuk melakukan semua itu dan jika tidak dituruti maka perusahaannya akan bangkrut, mungkin orang bernama Gira itu adalah saingan bisnismu di Jakarta, karena namanya cukup terkenal” jelas Sena dengan wajah sedih.
“Tidak mungkin, Gira hanya rivalku tapi kenapa?, kenapa?,KENAPAAAA?!” teriak pelaku itu seperti ingin memanggil kakaknya untuk kembali ke mayapada ini. Malam yang kelam telah diganti diganti dengan mentari hangat pelaku itu menyerahkan diri dan akhirnya kasus rumit itu berakhir. Sena dan yang lainnya mulai beraktivitas seperti biasa.
“Hah?, ke Amerika?” sentak Sena dan Aska. “Ya, Ayah harus melakukan penelitian sekaligus ada urusan bisnis” kata Liwa, ayah Sena dan Aska. “Dan ibu juga harus menemui teman ibu, ia seorang model yang hebat.” Sahut Karura, ibu mereka. “Tapi, jika kami ikut bagaimana dengan sekolahnya?” tanya Aska. “Jangan khawatir, kalian bisa sekolah di Amerika, lagipula di Amerika bahasa tidak jauh beda dengan bahasa Inggris, jadi tak masalah’kan, ayah juga harus menyelesaikan naskah novel baru ayah” jelas Liwa pada kedua anaknya, “Ya sudah, besok kalian harus pamitan pada teman-teman” kata Karura kemudian. “Tapi bu, kami’kan sudah senang tinggal bersama teman-teman” kata Aska dengan muka cemberut.
“Ayolah anak-anak, kalian’kan masih bisa ketemu dengan teman-teman kalian, sedangkan ayah dan ibu tidak mungkin meninggalkan kalian selama 6 tahun, kalian’kan masih kelas 1 SD.” Jelas Liwa kembali. Dengan berat hati Sena dan Aska pergi ke Amerika dan berpamitan dengan teman-temannya. Akhirnya mereka sampai di Bandara. “Yap, kita akan berangkat sekarang. Oh ya ayah, dimana kota tempat kita tinggal nanti?” tanya Sena sambil memiinum minuman yang dibelinya di kantin. “Kita akan tinggal di Washington DC, yah sekalian rekreasi.” Jawab Liwa dengan senyum yang lebar. 10 menit kemudian Pesawat berangkat, Sena dan Aska terus termenung karena harus pergi dalam waktu lama dan meninggalkan kampung halamannya.
Melihat kedua putranya termenung Karura sangat bingung, “Liwa, bagaimana ini mereka diam terus!, aku tidak tega melihatnya!” keluh Karura pada suaminya. “Jangan khawatir aku akan mengurusnya” jawab Liwa dengan santai, Karura hanya bingung memandangnya. Pesawat mereka akhirnya mendarat dengan selamat. “Ah, mendarat dengan lancar, oke Sena, Aska ayo ikut ayah!” kata Liwa mengajak kedua putranya. Mereka sampai di tempat yang dikatakan Liwa. “Lho ayah kok ke toko Elektronik?” tanya Sena dengan kebingungan, “Ya ayah sudah pesan 2 laptop untuk kalian, jadi kalian bisa cerita sama teman-teman kalian di Indonesia lewat e-mail” kata Liwa untuk menghibur anak-anaknya. “Benarkah ayah?!, HEBAAT!” teriak Sena dan Aska dengan senang.
“Baguslah kalau kalian senang, sekarang ayo kita ke rumah baru, dan istirahat.” Ajak Karura pada anak-anaknya dengan wajah senang karena ia sudah tak cemas akan perilaku kedua putranya. Sampai dirumah, kedua kakak beradik itu segera membuka laptopnya masing-masing namun, “Eh, tunggu anak-anak!” teriak Karura tiba-tiba. “A,ada apa,bu?”tanya Sena. “Memangnya teman-teman kalian sudah punya e-mail?, kalau kalian ‘kan sudah sering belajar computer sama ayah.” Kata Karura menjelaskan pada anaknya. “oh, iya,ya aku lupa” kata Aska kecewa. Mereka lalu bermain keluar sekaligus melihat sekolah yang akan menjadi tempat belajar mereka yang baru.
Sampailah mereka berdua di sekolah namun, sekolah itu tutup karena sudah jam 2 sore selain itu mereka hanya ingin lihat-lihat. “Wah, sekolahnya besar ya, berlari mengelilingi sekolah ini sekali sama saja ikut lomba lari jarak jauh.” Kata Aska sambil berjalan mengelilingi sekolah itu, “Yap, tapi…, siapa mereka?” kata Sena sambil menunjukan tangannya pada 5anak yang sedang ada di atap gedung sekolah yang sedang bermain bola. Mereka lalu naik keatas, “Hey, kenapa kalian main bola disini?” tanya Sena. “Kami sudah biasa main disini”, jawab salah satu anak. “OoooH, aku pendatang baru dari Indonesia, namaku Sena, ya, Sena Assegaf dan ini adikku Aska, nama kalian siapa?” sapa Sena memperkenalkaan dirinya dan adiknya, “Namaku Sarpa Alvoga, panggil saja Arpa, ini teman-temanku, Igsa Kirby, Piter Tensan, Harry Jamby, dan Bastian Simba, panggil saja nama depannya” Kata anak bernama Arpa itu memperkenalkan teman-temannya.
“Salam kenal, kalian sekolah disini?” tanya Sena dengan senang. “Ya”. Setelah itu mereka bermain bersama. Malamnya Sena menulis sesuatu di Laptopnya, ternyata ia mengirim e-mail ke Soni karena ayah Soni adalah penulis novel namun novel kehidupan, sedangkan Liwa adalah novelis misteri, pada E-mail ia menulis “Hi, Soni, bagaimana teman-teman yang lain?, aku merindukan kalian semua, disini aku juga punya teman baru kapan2 akan ku kenalkan dengan kalian, gimana?, kali ini kamu bisa dapat belajar dengan tenang tanpa saingan, dong”, beberapa menit kemudian Soni membalas e-mailnya, “Aku ini laki-laki yang suka tantangan, ngak ada kamu dan Aska ngak seru.., teman barumu pasti menyenangkan, tapi jangan lupa pada kami, ya, disana nanti kamu tetap harus menjadi LITTLE DETECTIVE!!!!, kecerdasan analisismu harus bertambah!, jangan merosot nanti kalau besar bisa jadi detektif hebat seperti Holmes dan ayahmulah pengarang bukunya yang mendapati peran Conan Doyle” begitulah surat Soni di e-mail. Malam itu Sena baru tidur jam 10 malam, tanpa ia sadari akan ada hal yang takkan bisa dilupakan esok harinya.
Pada paginya Sena dan Aska mulai sekolah, Sena duduk disamping Sarpa dan Aska duduk disamping Harry, “Oke anak-anak kita akan mengerjakan soal matematika, jadi berapa 6x5+8-4-2?” tanya guru tersebut, “32” sahut Sena dengan tegas. “Ya, kamu pintar Sena”. “Teng teng teng” bunyi bel tanda berakhirnya pelajaran dibunyikan. Sena ikut ekstrakurikuler sepak bola dan Aska ikut baseball, di lapangan Sena dan teman-temannya sedang latihan, saat istirahat ia tanpa sengaja melihat ke atas gedung, cahaya terang itu menyilaukan matanya, dalam hati ia bertanya "apakah itu?, meski tak secerah sang surya, cahaya itu menyilaukan mataku". ia lalu memperhatikannya dengan teropong saat ia menggunakan lensa zoomnya, sentak ia terkaget karena cahaya itu tak bisa dianggap surya lagi karena cahaya itu adalah cahaya.... "Senapan?!" sentaknya dengan kaget senapan itu terarah pada sesuatu, ia langsung lari menuju arah akan ditembaknya senapan itu, "Cepat, cepat, cepat, harus cepaaat!" geramnya, Saat sudah sampai tujuan, terlihat seorang laki-laki paruh baya yang duduk di taman yang luas hingga penembakan itu tak akan meleset, Sena berlari sekuat tenaga, "Ukh, Gawat!" lari dan terus lari tanpa letih demi menyelamatkan nyawa orang, "HENTIKAAAAN!!!!!", teriaknya dengan keras, apakah detektif kecil ini bisa manghentikan insiden yang akan menghebohkan itu?
Bersambung ke Little Detektif part 2
"Pemburuan yang Panjang"
0 التعليقات:
إرسال تعليق